Setelah kurang lebih 2 tahun vacum karena tanggal 18 agustus bertepatan dengan bulan ramadhan , tahun ini pawai pembangunan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia diadakan lagi oleh Pemerintah Kota Jambi , yuk lihat doto foto kemeriahannya
Semoga tradisi pawai ini senantiasa ada setiap tahunnya di Kota Jambi sebagai bentuk acara memeriahkan hari kemerdekaan sekaligus ajang promosi kebudayaan masyrakat Jambi
Sepucuk Jambi Sembilan Lurah
Rabu, 04 September 2013
Senin, 28 Januari 2013
Proyek Pemerintah Provinsi Jambi (Menara Jam Besak & Jembatan Gantung)
1 Lagi proyek pemerintah Provinsi Jambi yang ditunggu-tunggu masyarakat Jambi . Yaitu Menara Jam Besak (dalam bahasa Jambi besak berarti besar) dan Jembatan Gantung. Lokasi menara jam besak ini berada di kawasan seberang kota Jambi , yang saat ini pekerjaannya hampir selesai dan bisa kita lihat dari kawasan ancol kota jambi.
Sedangkan proyek jembatan gantung yang membentang diantara sungai batang hari tepatnya dari kawasan seberang menuju rumah dinas gubernur Jambi (kawasan ancol/taman tanggo rajo) masih dalam proses pembangunan.
Kita harapkan proyek ini dikerjakan sebaik mungkin tanpa adanya tangan- tangan jahil , karena Jam besak ini bisa menjadi ikon kota Jambi serta menambah obyek wisata di Kota Jambi dengan adanya jembatan gantung ini.
Ini adalah fhoto sketsa proyek jembatan gantung dan menara jam besar yang dibangun Pemerintah Provinsi Jambi saat ini. Kedua proyek yang masih berkaitan ini menelan dana Rp. 98 miliar dengan rincian Rp. 85 miliar untuk jembatan gantung dan Rp. 13 miliar untuk menara jam besar.
Proyek jembatan gantung sepanjang 85 meter menyeberangi sungai batanghari mulai dari di depan rumah dinas gubernur Jambi hingga ke Kelurahan Arab Melayu seberang kota Jambi ini diperkirakan dapat dirampungkan pada awal 2014 mendatang.
Niat Pemerintah Provinsi Jambi membangun jembatan gantung dan menara jam besar ini hanya untuk menjadikan kedua bangunan tersebut agar dapat menjadi icon Kota Jambi sebagai kota lubuk ilmu agama Islam.
Jembatan gantung dan menara jam besar ini juga dapat dijadikan masyarakat Jambi dan para turis lokal dan manca Negara sebagai tempat wisata di Kota Jambi. Fhoto-fhoto diperoleh dari refro fhoto di Dinas PU Provinsi Jambi. Fhoto diambil pada hari Selasa 7 Agustus 2012.
sumber : http://rizalependi.blogspot.com/
Kamis, 29 November 2012
Bumi Perkemahan Pramuka Sungai Gelam Jambi
Bumi Perkemahan Pramuka Sungai Gelam Kwartir Daerah Gerakan Pramuka
Jambi merupakan bantuan lahan Hak Pakai dari Pemerintah Propinsi Jambi.
Hal itu sesuai dengan Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Jambi Nomot : 357
Tahun 1985 Tanggal 7 Desember 1985 tentang Pencadangan Tanah untuk lokasi Camping Ground Pramuka di Desa Sungai Gelam dengan luas 4.894.735
m2.
Lokasi Bumi Perkemahan Sungai Gelam yang terletak cukup jauh dari kota
sangat ideal untuk kegiatan Kepramukaan. Suasana perkampungan dan hutan
alam yang mengelilinginya merupakan media "Cinta Alam" yang sangat baik
bagi para Pramuka. Bumi Perkemahan ini juga memiliki pemandangan yang
sangat indah berupa danau/sungai yang memisahkan antara lokasi
perkemahan dengan lokasi kegiatan. Penataan disekitar danau yang
dilengkapi dengan fasilitas Jogging Track melingkat memperindah suasana
Bumi Perkemahan yang sangat dekan dengan alam ini.
Lokasi dengan pemandangan yang indah, alam yang masih hijau, jauh dari
keramaian kota namun mudah dijangkau menjadikan Lokasi Bumi Perkemahan
Sungai Gelam sebagai salah satu lokasi tujuan wisata yang ramai
pengunjung. Bumi Perkemahan ini juga sering digunakan oleh berbagai
organisasi pemuda untuk melakukan pendidikan dan pelatihan para
kader-kadernya.
Bumi Perkemahan (Buper) Sungai Gelam, Jambi, dinilai sebagai bumi
perkemahan paling indah di Indonesia. Hal itu diungkapkan Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Kebudayaan, Prof Dr Windu
Nurhayati M.Arts Ph.d, di Buper Sungai Gelam, Muaro Jambi, Jambi,
Minggu (18/11).
“Ini bumi perkemahan paling indah yang ada di Indonesia. Dapat kita lihat disini, ada unsur air, unsur penghijauan dan unsur rekreasinya,” ujar Windu.
Ditegaskan, sudah saatnya bumi perkemahan mengalami repitalisasi. Gubernur Jambi telah menjawab dengan tepat sekali. Disini bukan saja persoalan kemandirian, kesetiakawanan antar peserta yang diciptakan, tapi dengan kondisi buper yang indah dan nyaman kreaktifitas peserta perkemahan akan muncul.
Gubernur Jambi, H Hasan Basri Agus (HBA), mengatakan, berbagai even nasional selalu diperebutkan oleh setiap provinsi, termasuk perkempinas. Bagi Jambi kegiatan berskala nasional memiliki nilai tambah, untuk memperkenalkan daerah pada generasi muda, bahkan sampai ke kabupaten, sehingga anak-anak dari seluruh Indonesia mengenal Jambi.
Perkempinas juga menjadikan Buper Sungai Gelam menjadi lebih baik, sehingga bisa menjadi objek wisata di Jambi. Apalagi di sana ada danau yang dapat dijadikan wisata air, termasuk adanya perbaikan infrastruktur jalan ke arah buper.
Kamis, 13 September 2012
Negeri Jambi
Gambaran negeri Jambi , sebuah harapan dan do'a , yang terdapat pada sebuah lagu daerah jambi berjudul "NEGERI JAMBI"
Dari ujung
jabung
sampai
durian tangkuk rajo
dari sialang
belantak besi
hinggo bukit
tambun tulang
itulah negeri jambi
sepucuk
jambi sembilan lurah
bersih aman
dan tertib kotanyo
serto ramah
tamah rakyatnyo
alamnyo indah dari tanjung jabung hinggo kerinci
sungguh
Jambi suatu negeri yang oleh Tuhan telah diberkati
ayo kawan
semua
jago negeri yang ,makmur ini
dengan
segalo upayo kito
agar negeri
bijak bestari
Videonya bisa dilihat di :
Kamis, 06 September 2012
CERITA RAKYAT JAMBI : Asal Usul Raja Negeri Jambi
salah satu cerita rakyat Jambi , copy dari salah satu alamat website
Asal Usul Raja Negeri Jambi

Jambi
adalah salah satu nama provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau
Sumatera. Provinsi yang beribukota Jambi ini merupakan bekas wilayah
Kesultanan Islam Melayu Jambi (1500-1901 M). Konon, jauh sebelum adanya
wilayah kesultanan ini, di negeri Jambi telah berdiri lima buah desa,
namun belum memiliki seorang pemimpin atau raja. Untuk itu, para
sesepuh dari kelima desa tersebut bersepakat untuk mencari seorang raja
yang dapat memimpin dan mempersatukan kelima desa tersebut. Setelah
bermusyawarah, mereka bersepakat bahwa siapa pun dapat menjadi
pemimpin, tapi dengan syarat harus lulus ujian. Ujian apakah yang harus ditempuh untuk menjadi pemimpin kelima desa tersebut? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Asal Usul Raja Negeri Jambi berikut ini.
* * *
Pada zaman dahulu,
wilayah Negeri Jambi terdiri dari lima buah desa dan belum memiliki
seorang raja. Desa tersebut adalah Tujuh Koto, Sembilan Koto, Petajin,
Muaro Sebo, dan Batin Duo Belas. Dari kelima desa tersebut, Desa Batin Duo Belaslah yang paling berpengaruh.
Semakin
hari penduduk kelima desa tersebut semakin ramai dan kebutuhan hidup
mereka pun semakin berkembang. Melihat perkembangan itu, maka muncullah
suatu pemikiran di antara mereka bahwa hidup harus lebih teratur,
harus ada seorang raja yang mampu memimpin dan mempersatukan mereka.
Untuk itu, para sesepuh dari setiap desa berkumpul di Desa Batin Duo
Belas yang terletak di kaki Bukit Siguntang (sekarang Dusun Mukomuko)
untuk bermusyawarah.
”Sebelum
kita memilih seorang raja di antara kita, bagaimana kalau terlebih
dahulu kita tentukan kriteria raja yang akan kita pilih. Menurut
kalian, apa kriteria raja yang baik itu?” tanya sesepuh dari Desa Batin
Duo Belas membuka pembicaraan dalam pertemuan tersebut.
”Menurut saya, seorang raja harus memiliki kelebihan di antara kita,” jawab sesepuh dari Desa Tujuh Koto.
”Ya, Benar! Seorang raja harus lebih kuat, baik lahir maupun batin,” tambah sesepuh dari Desa Petajin.
”Saya sepakat dengan pendapat itu. Kita harus memilih raja yang disegani dan dihormati,” sahut sesepuh dari Desa Muaro Sebo.
”Apakah kalian semua setuju dengan pendapat tersebut?” tanya sesepuh dari Desa Batin Duo Belas.
”Setuju!” jawab peserta rapat serentak.
Akhirnya, mereka bersepakat tentang kriteria raja yang akan mereka pilih, yakni harus memiliki kelebihan di antara mereka.
”Tapi, bagaimana kita dapat mengetahui kelebihan masing-masing di antara kita?” tanya sesepuh dari Desa Sembilan Koto.
”Kalau begitu, setiap calon pemimpin harus kita uji kemampuannya,” jawab sesepuh Desa Batin Duo Belas.
”Bagaimana caranya?” tanya sesepuh Desa Petajin penasaran.
”Setiap
calon harus melalui empat ujian, yaitu dibakar, direndam di dalam air
mendidih selama tujuh jam, dijadikan peluru meriam dan ditembakkan, dan
digiling dengan kilang besi. Siapa pun yang berhasil melalui ujian
tersebut, maka dialah yang berhak menjadi raja. Apakah kalian setuju?”
tanya sesepuh Desa Batin Duo Belas.
Semua
peserta rapat setuju dan siap untuk mencari seorang calon raja. Mereka
bersepakat untuk melaksanakan ujian tersebut dalam tiga hari kemudian
di Desa Batin Duo Belas. Dengan penuh semangat, seluruh sesepuh kembali
ke desa masing-masing untuk menunjuk salah seorang warganya untuk
mewakili desa mereka dalam ujian tersebut. Tentunya masing-masing desa
berharap memenangkan ujian tersebut. Oleh karena itu, mereka akan
memilih warga yang dianggap paling sakti di antara mereka.
Waktu
pelaksanaan ujian pun tiba. Semua warga dari kelima desa telah
berkumpul di Desa Batin Duo Belas untuk menyaksikan lomba adu kesaktian
yang mendebarkan itu. Setiap desa telah mempersiapkan wakilnya
masing-masing. Sebelum perlombaan dimulai, peserta yang akan tampil
pertama dan seterusnya diundi terlebih dahulu.
Setelah
diundi, rupanya undian pertama jatuh kepada utusan dari Desa Sembilan
Koto. Wakil desa itu pun masuk ke tengah gelanggang untuk diuji. Ia
pun dibakar dengan api yang menyala-nyala, tapi tubuhnya tidak hangus
dan tidak kepanasan. Ujian kedua, ia direndam di dalam air mendidih,
namun tubuhnya tidak melepuh sedikit pun. Ujian ketiga, ia dimasukkan
ke dalam mulut meriam lalu disulut dengan api dan ditembakkan. Ia pun
terpental dan jatuh beberapa depa. Ia segera bangun dan langsung berdiri
tegak seperti tidak terjadi apa-apa. Seluruh penonton kagum
menyaksikan kehebatan wakil dari Desa Sembilan Koto itu.
Ketika
memasuki ujian terakhir, tiba-tiba suasana menjadi hening. Seluruh
penonton menjadi tegang, karena ujian yang terakhir ini adalah ujian
yang paling berat. Jika kesaktian wakil dari Desa Sembilan Koto itu
kurang ampuh, maka seluruh tulangnya akan hancur dan remuk. Ternyata
benar, belum sempat penggilingan itu menggiling seluruh tubuhnya, orang
itu sudah meraung kesakitan, karena tulang-tulangnya hancur dan remuk.
Penggilingan pun segera dihentikan. Wakil dari Desa Sembilan Koto itu dinyatakan tidak lulus ujian dan gagal menjadi raja Jambi.
Ujian berikutnya jatuh kepada wakil dari Desa Tujuh Koto.
”Wakil dari Desa Tujuh Koto dipersilahkan untuk memasuki gelanggang,” kata salah seorang panitia mempersilahkan.
Setelah beberapa saat menunggu, wakil dari Desa Tujuh Koto belum juga maju.
”Mana wakil dari Desa Tujuh Koto? Ayo, maju!” seru salah seorang panitia.
“Kalau tidak berani, lebih baik mundur saja!” tambahnya.
Merasa dilecehkan oleh panitia, calon dari Desa Tujuh Koto pun segera maju.
“Siapa takut? Kami dari Desa Tujuh Koto dak kenal kato undur, dak kenal kato menyerah!” seru wakil Desa Tujuh Koto itu dengan nada menantang.
Calon
raja dari Desa Tujuh Koto pun diuji. Ia berhasil melalui ujian pertama
hingga ujian ketiga. Namun, ia gagal pada ujian keempat. Akhirnya, ia
pun gagal menjadi raja Jambi.
Ujian
berikutnya dihadapi oleh wakil dari Desa Batin Duo Belas, kemudian
diikuti oleh Desa Petajin dan Muaro Sebo. Namun, wakil dari ketiga desa
tersebut semuanya gagal melalui ujian keempat, yakni digiling dengan
kilang besi. Oleh karena semua wakil dari kelima desa tersebut gagal
melalui ujian, maka mereka pun kembali mengadakan musyawarah.
“Bagaimana kalau kita mencari calon raja Jambi dari negeri lain?” usul sesepuh dari Desa Batin Duo Belas.
Usulan
tersebut diterima oleh peserta rapat lainnya. Selanjutnya mereka
mengutus dua wakil dari setiap desa untuk pergi mencari calon raja.
Keesokan harinya, rombongan itu berangkat meninggalkan Negeri Jambi
menuju ke negeri-negeri di sekitarnya. Di setiap negeri yang
disinggahi, mereka menanyakan siapa yang bersedia menjadi raja Jambi
dan tidak lupa pula mereka menyebutkan persyaratannya, yaitu harus
mengikuti keempat ujian tersebut.
Sudah
berpuluh-puluh negeri mereka singgahi, namun belum menemukan seorang
pun yang bersedia menjadi raja Jambi, karena tidak sanggup menjalani
keempat ujian tersebut. Rombongan itu pun kembali mengadakan musyawarah.
”Kita
kembali saja ke Negeri Jambi. Mustahil ada orang yang mampu memenuhi
syarat itu untuk menjadi raja Jambi,” keluh wakil Desa Petijan.
”Sabar,
Saudara! Kita jangan cepat putus asa. Kita memang belum menemukan
calon raja Jambi di beberapa negeri yang dekat ini. Tetapi, saya yakin
bahwa di negeri jauh sana kita akan menemukan orang yang kita cari,”
kata wakil Desa Muaro Sebo.
”Apa maksudmu?” tanya wakil Desa Petijan penasaran.
”Kita harus mengarungi samudera yang luas itu,” jawab wakil Desa Muaro Sebo dengan tenang.
”Kami setuju!” sahut wakil dari Desa Batin Duo Belas, Tujuh Koto, dan Sembilan Koto.
”Kalau begitu, kami juga setuju,” kata wakil Desa Petijan.
Akhirnya,
rombongan itu bertekat untuk mengarungi samudera di ujung Pulau
Sumatra. Setelah mempersiapkan segala keperluan, berangkatlah rombongan
itu dengan menggunakan dendang (perahu besar). Setelah
berhari-hari diombang-ambing oleh gelombang laut di tengah samudera
yang luas itu, mereka pun tiba di Negeri Keling (India). Mereka
berkeliling di Negeri Keling yang luas itu untuk mencari orang yang
bersedia menjadi Raja Negeri Jambi dengan ujian yang telah mereka
tentukan. Semua orang yang mereka temui belum ada yang sanggup
menjalani ujian berat itu.
Pada
suatu hari, mereka mendengar kabar bahwa di sebuah kampung di Negeri
Keling, ada seseorang yang terkenal memiliki kesaktian yang tinggi.
Akhirnya, mereka pun menemui orang sakti itu.
”Permisi,
Tuan! Kami adalah utusan dari Negeri Jambi. Negeri kami sedang mencari
seorang raja yang akan memimpin negeri kami, tapi dengan syarat harus
lulus ujian. Apakah Tuan bersedia?” tanya salah seorang dari rombongan
itu sambil menceritakan ujian yang harus dijalani calon raja itu.
”Saya sanggup menjalani ujian itu,” jawab orang itu.
Rombongan
itu segera membawa calon raja itu pulang ke Negeri Jambi. Setelah
menempuh perjalanan selama berminggu-minggu, tibalah mereka di Negeri
Jambi. Orang sakti itu disambut gembira oleh rakyat Jambi. Mereka
berharap bahwa calon yang datang dari seberang lautan itu benar-benar
orang yang sakti, sehingga lulus dalam ujian itu dan menjadi raja
mereka.
Keesokan
harinya, orang sakti itu pun diuji. Seperti halnya calon-calon raja
sebelumnya, orang sakti itu pertama-tama dibakar dengan api yang
menyala-nyala. Orang
Keling itu benar-benar sakti, tubuhnya tidak hangus, bahkan tidak satu
pun bulu romanya yang terbakar. Setelah diuji dengan ujian kedua dan
ketiga, orang itu tetap tidak apa-apa. Terakhir, orang itu akan
menghadapi ujian yang paling berat, yang tidak sanggup dilalui oleh
calon-calon raja sebelumnya, yaitu digiling dengan kilang besi yang
besar. Pada
saat ujian terakhir itu akan dimulai, suasana menjadi hening. Penduduk
yang menyaksikan menahan napas. Dalam hati mereka ada yang menduga
bahwa seluruh tubuh orang itu akan hancur dan remuk.
Ini
adalah saat-saat yang mendebarkan. Ujian terakhir itu pun dimulai.
Pertama-tama, kedua ujung jari-jari kaki orang Keling itu dimasukkan ke
dalam kilang besi. Kilang mulai diputar dan sedikit demi sedikit tubuh
orang Keling itu bergerak maju tertarik kilang besi yang berputar.
Semua penduduk yang menyaksikannya menutup mata. Mereka tidak sanggup
melihat tubuh orang Keling itu remuk. Namun
apa yang terjadi? Mereka yang sedang menutup mata tidak mendengarkan
suara jeritan sedikit pun. Tetapi justru suara ledakan dahsyatlah yang
mereka dengarkan. Mereka sangat terkejut saat membuka mata, kilang besi
yang besar itu hancur berkeping-keping, sedangkan orang Keling itu
tetap tidak apa-apa, bahkan ia tersenyum sambil bertepuk tangan.
Penduduk yang semula tegang ikut bergembira, karena berhasil menemukan
raja yang akan memimpin mereka.
Seluruh
penduduk dari Desa Tujuh Koto, Sembilan Koto, Muaro Sebo, Petajin, dan
Batin Duo Belas segera mempersiapkan segala keperluan untuk membangun
sebuah istana yang bagus. Selain itu, mereka juga mempersiapkan bahan
makanan untuk mengadakan pesta besar-besaran untuk meresmikan penobatan
Raja Negeri Jambi. Beberapa bulan kemudian, berkat kerja keras seluruh
warga, berdirilah sebuah istana yang indah dan orang Keling itu pun
dinobatkan menjadi raja Jambi.
* * *
Demikian cerita Asal Usul Raja Negeri Jambi dari daerah Jambi, Indonesia. Cerita
di atas termasuk ke dalam cerita legenda yang mengandung pesan-pesan
moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Sedikitnya ada dua pesan moral yang dapat diambil, yaitu sifat suka
bermusyawarah dan pentingnya keberadaan seorang pemimpin dalam
kehidupan masyarakat.
Pertama,
sifat suka bermusyawarah. Sifat ini tercermin pada perilaku warga dari
kelima desa dalam cerita di atas. Setiap menghadapi persoalan, mereka
senantiasa bermusyawarah. Dalam ungkapan Melayu dikatakan:
apa tanda Melayu bertuah,
sebarang kerja bermusyawarah.
sebarang kerja bermusyawarah.
Kedua,
pentingnya keberadaan seorang pemimpin. Dalam cerita di atas,
masyarakat menyadari bahwa keberadaan seorang pemimpin dalam kehidupan
sehari-hari sangatlah penting. Untuk itu, mereka pun berusaha mencari
seorang raja yang diharapkan mampu membimbing, melindungi, menjaga, dan
menuntun mereka agar kehidupan mereka aman, damai dan sejahtera.
Dikatakan dalam petuah amanah orang tua-tua Melayu:
bertuah ayam ada induknya
bertuah serai ada rumpunnya
bertuah rumah ada tuannya
bertuah kampung ada penghulunya
bertuah negeri ada rajanya
bertuah iman ada jemaahnya
bertuah serai ada rumpunnya
bertuah rumah ada tuannya
bertuah kampung ada penghulunya
bertuah negeri ada rajanya
bertuah iman ada jemaahnya
(SM/sas/75/05-08)
Sumber:
- Isi cerita diadaptasi dari Kaslani. 1997. Cerita Rakyat dari Jambi 2. Jakarta: Grasindo.
- Anonim. “Sarolangun Jambi”, (http://sarolangunjambi.wordpress.com/potensi-daerah/, diakses tanggal 22 Mei 2008).
- Effendy, Tenas. 2006. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan AdiCita Karya Nusa.
Senin, 25 Juni 2012
WISATA TAMAN TANGGO RAJO JAMBI (Ancol)
WISATA TAMAN TANGGO RAJO JAMBI (Ancol)
Bagi yang tinggal di kota Jambi tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Tanggo Rajo . Yap,tempat ini lebih terkenal dengan nama ancol . Sebuah tempat nongkrong anak Jambi yang tepat berada di pinggiran sungai kebanggan Jambi yaitu sungai Batanghari . Tempat ini ramai dikunjungi anak muda maupun keluarga yang ingin menghabiskan waktu di sore hari melihat sunset di pinggiran sungai batanghari maupun pada malam hari menikmati suasana kota Jambi . Dari sini terlihat seberang kota Jambi . Disini juga banyak kita temui orang berjualan dari sore sampai malam hari dengan aneka macam jajanan , yang terutama yaitu jagung bakar .
Tanggo Rajo berada d Kawasan Rumah Dinas Gubernur Jambi, Jl. Sultan Taha, Kecamatan Pasar Jambi, tepatnya di samping kawasan perbelanjaan Ramayana,WTC Batanghari dan Hypermart.
Suasana Wisata Tanggo Rajo pada Malam Hari
Kamis, 03 Mei 2012
Situs Percandian Muaro Jambi
Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Indonesia yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. Koordinat Selatan 01* 28'32" Timur 103* 40'04". Candi tersebut diperkirakakn berasal dari abad ke-11 M. Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Dan sejak tahun 2009 Kopleks Candi Muaro Jambi telah dicalonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia
Kompleks percandian Muaro Jambi pertama kali dilaporkan pada tahun 1823 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer. Baru tahun 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan pemugaran yang serius yang dipimpin R. Soekmono. Berdasarkan aksara Jawa Kuno[rujukan?] pada beberapa lempeng yang ditemukan, pakar epigrafi Boechari menyimpulkan peninggalan itu berkisar dari abad ke-9-12 Masehi. Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah dipugar, dan kesemuanya adalah bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.
Dari sekian banyaknya penemuan yang ada, Junus Satrio Atmodjo menyimpulkan daerah itu dulu banyak dihuni dan menjadi tempat bertemu berbagai budaya. Ada manik-manik yang berasal dari Persia, Republik Rakyat Cina, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan "wajra" pada beberapa candi yang membentuk mandala.
Kompleks percandian Muaro Jambi terletak pada tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Situs ini mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar
yang membentang searah dengan jalur sungai. Situs ini berisi 61 candi
yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum
dikupas (diokupasi). Dalam kompleks percandian ini terdapat pula beberapa bangunan berpengaruh agama Hindu.
Di dalam kompleks tersebut tidak hanya terdapat candi tetapi juga
ditemukan parit atau kanal kuno buatan manusia, kolam tempat
penammpungan air serta gundukan tanah yang di dalamnya terdapat struktur
bata kuno. Dalam kompleks tersebut minimal terdapat 85 buah menapo yang
saat ini masih dimiliki oleh penduduk setempat. Selain tinggalan yang
berupa bangunan, dalam kompleks tersebut juga ditemukan arca prajnyaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu, lumpang/lesung batu. Gong perunggu dengan tulisan Cina, mantra Buddhis yang ditulis pada kertas emas, keramik asing, tembikar, belanga besar dari perunggu, mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda, fragmen pecahan arca batu, batu mulia serta fragmen besi
dan perunggu. Selain candi pada kompleks tersebut juga ditemukan
gundukan tanah (gunung kecil) yang juga buatan manusia. Oleh masyarakat
setempat gunung kecil tersebut disebut sebagai Bukit Sengalo atau Candi Bukit PerakDETAIL CANDI MUARO JAMBI
Desa
Muaro Jambi Kecamatan Muaro Sebo adalah tempat/lokasi candi Muaro
Jambi, terletak 2 km sebelah timur laut kota Jambi atau 20 menit
perjalanan menggunakan kendaraan darat melalui Jembatan Batanghari 2.
Dikawasan ini terdapat Candi Astano, Candi Tinggi, Candi Gumpung, Candi
Kembar Batu, Candi Gedong, Candi Kedato dan Candi Koto Mahligai. Dilihat
dari segi arsiteknya, bangunan tersebut merupakan kebudayaan Budhis
pada abad ke IV dan V masehi. Salah satu penemuan arca di Candi Gumpung
memperlihatkan ciri-ciri yang banyak persamaannya dengan arca
Prajnaparamita dari zaman Singosari. Beberapa meter dari candi telaga
tempat pemandian para raja yang dinamakan telaga Rajo.
Kelompok
Candi Tinggi terletak kurang lebih 200 meter timur laut Candi Gumpung.
Candi berukuran 75 x 92 meter yang dipagar sejak tahun 1979-1988. Pintu
gerbang utamanya berada disisi timur. Didalam halaman kelompok Candi
Tinggi terdapat sebuah candi Induk dan enam buah Candi Perwara
(penampilan)
Selain
itu terdapat sisi lantai bata di depan candi induk yang memiliki denah
berbentuk bujur sangkar ukuran 16 X 16 meter. Setelah dipagar, kini
candi Induk memiliki dua teras dan tubuhnya cendrung mengecil keatas.
Lalu
ada 6 buah candi lagi yang hanya bagian pondasi dan sedikit bagian
kakinya saja. Sejumlah temuan penting yang dapat ditemukan dari kelompok
Candi Tinggi adalah sebuah potongan benda dari besi dan perunggu, kaca
kuno, pecahan-pecahan arca batu, pecahan-pecahan keramik yang umumnya
alat-ala rumah tangga yang berasal dari china dari abad 9-14 M serta ratusan bata bertulis, bertanda, serta ratusan bata bercap. Dan huruf pada bata menunjukkan tertulis huruf Pallawa (Prenagari).
Dikompleks
candi Muaro Jambi ini, terdapat Candi Kembar Batu, letaknya sekitar 250
meter di tenggara Candi Tinggi yang dibatasi fisik oleh pagar keliling
yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran yang tidak sama
setiap sisinya, namun secara kasar dapat dihitung 64 X 54 meter persegi
dan terdapat struktur tiang bangunan yang terbuat dari kayu dan lantai
yang terbuat dari batu bata. Gong Cina pernah ditemukan oleh para
arkeolog. Gong yang berasal dari perunggu beraksara Cina ini
disebut-sebut sebagai gong perang, yang kini tersimpan di Museum Negeri
Jambi. Dan ada juga candi induk,berukuran 11,5 x 11,5 meter berada
didepan Candi Perwara (penampil). Candi Induk ini memiliki tangga pada
bagian timurnya.
Kemudian
Candi Gedong yang terdiri dari dua bagian yakni Gedong 1 dan Gedong 2.
Keduanya sangat berdekatan lokasinya sekitar 150 meter. Candi ini
terletak sekitar 1.450 meter dari sebelah timur Candi Kedaton, sama-sama
memiliki struktur tangga di sebelah timur. Candi Gedong 1 sangat unik,
dibangunan yang berbentuk bujur sangkar ini banyak dijumpai temuan lepas
purbakala seperti mata uang kepeng dari Cina sebanyak 161 buah,
peralatan keagamaan, bata berprofil, bata bertekuk, bata bergores dan
kramik Cina serta gerabah local (tembikar). Sebagian besar uang tersebut
dalam keadaan aus dan sulit dibaca. Sebagian besar hurufnya berasal
dari Dinasti Tang (618-907 M), dinasti Tang selatan (937-976 M), dan
dinasti Sung ( 960-1280 M). Di lokasi Candi Gedong juga terdapat sebuah
arca Jagopati ( Arca Prajurit)
Tak
kalah menakjubkannya, Sampai awal abad ke-21 M ini, disitus candi Muaro
Jambi telah teridentifikasi kurang lebih 110 bangunan candi yang
terdiri dari kurang 39 kelompok candi. Bangunan candi tersebut adalah
peninggalah kerajaan melayu hingga kerajaan Sriwijaya, yang berlatar
belakang kebudayaan melayu budhis. Diperkirakan candi-candi dilokasi
situs sejarah candi Muaro jambi mulai dibangun sejak abad 4 M, salah
satu diantara kelompok candi tersebut adalah Candi Gumpung.
Lokasi
kelompok Candi gumpung berada pada 500 meter dikanan mudik sungai
Batanghari. Candi Gumpung adalah candi terbesar kedua setelah candi
Kedaton. Candi Gumpung tersusun dari bangunan bata dari berbagai bentuk
dan ukuran. Dan disini pernah ditemukan benda purbakala yang berhasil di
ketemukan oleh para arkeolog. Kelompok Candi Gumpung dibatasi pagar
keliling yang membentuk bujur sangkar yang memiliki ukuran panjang
keseluruhan 604,40 meter. Luas keseluruhan areal Candi Gumpung adalah
229,50 m2. Candi Gumpung memiliki Candi Perwara (penampil) sebanyak 5
buah, yang belum jelas benar wujudnya, 4 buah gapura dan 2 buah tempat
yang diperkirakan bekas kolam. Gumpung berasal dari penamaan sebuah
menapo gumpung dari masyarakat sekitar, dalam bahasa melayu berarti
papak atau patah atau terpotong diatasnya.
WISATA KE CANDI MUARO JAMBI
Langganan:
Postingan (Atom)